Judul : Seks Terbaik yang Pernah Kualami dengan Istri dan Anak Gadisku
link : Seks Terbaik yang Pernah Kualami dengan Istri dan Anak Gadisku
Seks Terbaik yang Pernah Kualami dengan Istri dan Anak Gadisku
]
BERITA LIGA 99 - Tak ada seorangpun yang bicara atau menanyakan tentang kejadian minggu lalu. Isteriku terlalu letih tiap malamnya sepulang dia kerja. Anak-anakku juga bersikap seperti tak pernah terjadi apapun. Aku jadi mulai berpikir apakah itu hanya khayalanku atau aku bermimpi tentang itu?
Malam harinya semuanya pergi tidur lebih
awal. Mereka benar-benar ingin lepas dari rutinitas hariannya, baik itu
sekolah atau kerja. Saat kami bangun hari Sabtunya, semua orang
memintaku untuk mengadakan pesta kebun. Maka, isteriku maengajak mereka
semua pergi ke toko untuk belanja. Aku beristirahat sejenak kemudian
pergi mandi. Ada kerjaan menungguku saat mereka pulang nanti.
“Tidak, aku tak akan melakukannya!” kudengar suara isteriku saat kulihat dia mengangkat kepalanya di antara paha Irma.
Kupandangi sejenak lalu kubenamkan
hidungku pada celahnya. Aroma yang keluar dari vaginanya semakin
membuatku mabuk. Saat kugantikan hidungku dengan lidah, akibatnya jadi
jauh lebih baik lagi. Saat ujung lidahku merasakan untuk pertama kalinya
hampir saja membuatku orgasme! Eva telah basah dan siap untuk aksi
selanjutnya. Penisku membesar dan keras hanya dengan membayangkan apa
yang segera menantiku didepan wajahku ini.
Aku mulai menarik dengan pelan, hanya
beberapa inchi, dan kemudian mendorongnya lagi dengan lembut. Aku
khawatir menyakitinya, tapi dalam waktu yang sama aku tak ingin segera
menembakkan spermaku. Aku ingin menikmati rasa vaginanya selama mungkin.
Kurasa dia mulai dapat menikmatinya, kepalanya mendongak ke atas dan
matanya terpejam.
“Kita akan lihat apa kita bisa mengubah anggapanmu itu!”
Dengan para gadis-gadis itu dalam kamar ini, aku sadar ‘kesenanganku’ baru saja akan dimulai. END
BERITA LIGA 99 - Tak ada seorangpun yang bicara atau menanyakan tentang kejadian minggu lalu. Isteriku terlalu letih tiap malamnya sepulang dia kerja. Anak-anakku juga bersikap seperti tak pernah terjadi apapun. Aku jadi mulai berpikir apakah itu hanya khayalanku atau aku bermimpi tentang itu?
Saat aku pulang kerja di hari Jum’at,
anak-anaku meminta ijinku apa temannya boleh menginap nanti malam. Cindy ingin meghabiskan kembali akhir minggunya bersama kami dan Eva ingin
temannya Ami bermalam juga. Aku suka Ami. Dia anggun. Kalau saja aku
masih remaja, aku pasti akan mengajaknya kencan. Dia, seperti Eva,
memiliki sosok sempurna. Bedanya Ami memiliki wajah yang dapat
membuatnya dengan mudah jadi seorang model kalau dia mau.
Saat mereka akhirnya pulang, sepertinya
mereka memborong semua barang-barang di toko. Aku bilang pada mereka
kalau hanya aku saja yang memasak pasti tak akan selesai. Bisa kacau
jadinya. Akhirnya mereka bersedia berbagi tugas.
Dengan semua belanjaan yang mereka
borong, memerlukan hampir dua jam untuk memasaknya. Badanku bau asap dan
terasa sangat letih. Saat aku masuk kedalam rumah, tak ada seorangpun
di ruang keluarga ataupun dapur.
“Hey! Dimana kalian?” teriakku, “Saatnya makan!”
“Ya!” kudengar jawaban dari kamar Irma. Tapi tak ada seorangpun yang datang untuk makan.
“Hey, kalian sedang apa sih? Apa nggak ada yang mau makan?” tanyaku jengkel.
“Ada!” kembali hanya jawaban yang kudengar dari kamar Irma.
“Ya!” kudengar jawaban dari kamar Irma. Tapi tak ada seorangpun yang datang untuk makan.
“Hey, kalian sedang apa sih? Apa nggak ada yang mau makan?” tanyaku jengkel.
“Ada!” kembali hanya jawaban yang kudengar dari kamar Irma.
Aku mendekat ke kamar Irma dan ternyata
pintunya sedikit terbuka. Saat aku menengok kedalam, kulihat para gadis
dengan berbagai posisi tanpa pakaian. Kudorong pintunya agar lebih
terbuka.
“Apa yang kalian lakukan?”
“Sedang menunggu Papa.” Eva menjawab dan mendekat lalu menarik tanganku agar masuk.
“Sedang menunggu Papa.” Eva menjawab dan mendekat lalu menarik tanganku agar masuk.
“Kami membiarkan Papa minggu kemarin, tapi akhir pekan ini Papa tak akan dapat lolos dengan mudah.”
“Sudah Papa bilang. Mama kalian akan membunuhku!” tangkisku.
“Gadis-gadis ini menginginkanmu! Bisa apa aku menolak mereka?”
Eva menarik tanganku ke tengah kamar.
Baru kemudian aku sadar kalau dia tak mengenakan selembar benangpun.
Kupandangi tubuhnya. Apa yang kusaksikan ini jauh lebih baik dari yang
kubayangkan. Payudaranya besar tapi kencang dengan putingnya yang
menunggu untuk segera dihisap.
“Bisa apa aku menolak mereka?” pikirku saat aku rendahkan tubuhku dan mulai menghisap puting itu.
Kurasakan puting Eva membesar dalam
mulutku, lalu kutaruh diantara gigiku dan mulai menggigitnya pelan. Saat
aku sedang sibuk dengan itu kurasakan ada tangan yang menarik turun
resletingku. Lalu tangan itu merogoh kedalam celana dalamku dan
mengeluarkan penisku. Aku melihat ke bawah dan kudapati Ami sedang
mengarahkan penisku ke mulutnya dan segera saja dihisapnya.
Kutelusuri lekuk tubuh Irma dengan
tanganku sampai pada vaginanya yang tak berambut, dan menyelipkan jariku
padanya. Dapat kurasakan kehangatan dalam vaginanya dan basah saat
jariki kutekankan masuk dengan pelan. Aku berusah untuk mendorongnya
lebih dalam lagi, tapi terasa ada yang menahan gerakanku. Eva
memandangku..
“Ya, Eva masih perawan, dan jari Papa
adalah benda pertama yang memasuki vagina Eva. Eva harap penis Papalah
yang kedua.” aku membungkuk dan mencium Eva, bibir kami seakan melebur
bersama, sebuah ciuman yang sempurna.
Sementara itu, Ami masih mengoralku.
Usahanya jelas berdampak padaku. Aku melihat kebawah, kepalanya bergerak
maju mundur pada batang penisku. Aku tak ingin mengeluarkan sperma
pertamaku dalam mulut Ami sedangkan ada pilihan lainnya. Vagina perawan
Eva dihadapanku. Maka kukeluarkan penisku dari mulut Ami.
“Kita dapat melanjutkannya nanti.” kataku padanya.
Kudorong Eva ke tempat tidur,
menindihnya dengan lembut. Kucium dia lagi lalu ciumanku bergerak ke
sekujur tubuh telanjangnya. Kujilati lehernya, dan kutinggalkan bekas
disana agar dia mengingat kejadian indah ini nantinya.
Kemudian aku bergerak ke dadanya,
menghisapi putingnya. Ini mengakibatkan beberapa lenguhan keluar dari
mulutnya. Saat kugigit lembut putingnya dan punggungnya terangkat
sedikit keatas karena terkejut. Lalu turun ke perutnya hingga akhirnya
bermuara pada vaginanya yang tak berambut.
Ciumanku bergerak keatas dan berlabuh
dalam lumatan bibirnya lagi seiring dengan kepala penisku yang menguak
beranda keperawanannya. Eva mengalungkan lengannya dileherku dan
menjepit pinggangku dengan kakinya saat aku berusaha untuk memasukinya
lebih dalam lagi. Dapat kurasakan kehangatan yang menyambut kepala
penisku. Aku tak dapat menahannya lebih lama. Eva sangat panas, basah
dan rapat!
Pelan namun pasti kutingkatkan tekananku
pada vaginanya. Dapat kurasakan bibirnya melebar menyambutku,
ke-basahannya mengundangku masuk. Kehangatan vaginanya membungkus kepala
penisku saat aku menyeruak masuk.
Aku terus menekan kedalam dengan pelan
meskipun aku ingin segera melesakkannya kedalam dengan cepat seluruh
batang penisku. Akhirnya dapat kurasakan dinding keperawanannya, batas
akhirnya sebagai seorang gadis untuk menjadi seorang wanita seutuhnya.
Kupandangi dia tepat di mata.
“Sayang, ini akan sedikit sakit, tapi
Papa janji sakitnya hanya sebentar saja.” kurasakan kakinya menjepit
pinggangku lebih rapat saat aku merobek pertahanan akhirnya. Akhirnya
jebol juga dinding itu.
“Aargh! Gila! Sakit, Pa!” katanya dengan
mata yang berkaca-kaca. Vaginanya mencengkeram batang penisku, ototnya
bereaksi pada penyusup dan rasa sakit.
“Tenang sayang, sakitnya akan segera
hilang.” dan kuteruskan menekan ke dalam sampai akhirnya terbenam semua
di dalamnya. Aku diam sejenak, membiarkannya untuk beradaptasi.
“Gimana? Udah baikan?” tanyaku. Dia anggukkan kepalanya.
“Aku hanya merasa penuh, rasanya aneh. Tapi juga terasa enak berbarengan.”
“Aku hanya merasa penuh, rasanya aneh. Tapi juga terasa enak berbarengan.”
Kupercepat kocokanku, menariknya hampir
keluar dan menekannya masuk kembali dengan pelan, menikmati rasa sempit
vaginanya pada penisku. Eva mulai memutar pinggulnya seiring hentakanku.
Tempo dan nafsu kami semakin meningkat cepat. Kurendahkan tubuhku dan
mencium lehernya dan bahunya. Tiap gerakan tubuh kami mengantarku
semakin dekat pada batas akhir.
“Ya Pa! Ya! Rasanya Eva hampir sampai!”
“Papa juga sayang!” Dan kulesakkan ke
dalamnya untuk yang terakhir kali. Menekan berlawanan arah dengannya
mencoba sedalam mungkin saat kuledakkan sperma semprotan demi semprotan
kedalam vaginanya. Dapat kurasakan cairan kami bercampur dan meleleh
keluar dari vaginanya menuju ke buah zakarku.
Tubuh Eva bergetar di bawahku, tangan
dan kakinya mendorongku merapat padanya. Pelan kutarik dan kudorong lagi
semakin dalam padanya saat persediaan spermaku akhirnya benar-benar
kosong. Kutatap matanya lalu menciumnya.
“Eva, ini adalah seks terbaik yang pernah Papa dapatkan.” aku lupa kalau kami tak sendirian dikamar ini.
“Aku dengar itu!” kata isteriku.
“Kita akan lihat apa kita bisa mengubah anggapanmu itu!”
mau penghasilan tambahan (income pasive) hingga puluhan juta hanya bermodalkan gadget anda?
hanya dengan 3 langkah mudah anda bisa menjadi jutawan,
Daftar >>> Share Link Referral anda >>> duduk manis nunggu uang mencari anda.
so tunggu apalagi segera daftarkan diri anda di :
dapatkan bonus referral 10%, bonus turn over 0,3% setiap minggunya.
Demikianlah Artikel Seks Terbaik yang Pernah Kualami dengan Istri dan Anak Gadisku
Sekianlah artikel Seks Terbaik yang Pernah Kualami dengan Istri dan Anak Gadisku kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Seks Terbaik yang Pernah Kualami dengan Istri dan Anak Gadisku dengan alamat link https://temanyuni441.blogspot.com/2017/08/seks-terbaik-yang-pernah-kualami-dengan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar